Istri : Pa....
Suami: Hmm... (minum teh sambil ngunyah kacang dalam waktu bersamaan – kok bisa ya? Hihihi...)
Istri : Liat deh anak kita (nunjuk anak laki laki 9 tahunan yang lagi manjat atap pos satpam buat ngambil layang-layangnya yang nyangkut)
Suami: Hmm... (Sibuk ngupas kacang, membuang bijinya dan memakan kulitnya – maksudnya biar tak dikira kacang lupa ama kulitnya)
Istri : Tak terasa ya sekarang udah sebesar itu
Suami: Hmm... (masih sibuk sendiri. Kali ini berusaha mencongkel kulit kacang yang yangkut di giginya pakai korek gas)
Istri : (Cemberut) Papa ini lho kalau diajak ngomong kok responnya gak ngenakin gitu sih?
Suami: Iya... Papa dengar kok
Istri : Coba... tadi mama bilang apa?
Suami: Minta dibikinin anak lagi
Istri : Hadew... (tepuk jidat). Siapa yang bilang gitu? Mama barusan bilang anak kita udah gede, bukan minta dibikinin anak lagi
Suami: Kan sama aja, Ma. Kan biasanya kalau minta sesuatu Mama selalu pakai bahasa isyarat.
Istri : Ya nggak gitu. Lagian Papa kan tahu kalau Mama nggak mungkin melahirkan lagi karena rahim Mama udah diangkat akibat tumor kandungan.
Suami: Ya, kan bisa pinjam rahim janda sebelah, Ma...
Istri : Apa?! Papa mau main gila ya? (Berdiri sambil melempar sandal. Tapi Papa dengan sigap berhasil menangkap dan langsung melahap sandal malang tersebut)
Suami: Becanda Ma... Becanda....
Istri : Becanda atau beneran? Hayo ngaku!
Suami: Kalau Mama marah, Papa becanda aja deh
Istri : Lah, kalau Mama nggak marah?
Suami: Ya mohon direstui
Istri : Papa.....!! (Menjerit keras, memetik sekuntum bungan lalu melemparnya penuh esmosi. Lagi lagi Papa berhasil menghindari bunga tersebut. Tapi tidak dengan vasnya)
Suami: Hus! Jangan keras keras... Nggak enak didengar tetangga.
Istri : Habisnya Papa kelewatan kalu becanda. Nggak lucu lagi guyonan macam itu. Ingat, ucapan itu sebagian dari doa walaupun dalam rangka bercanda.
Suami: Gitu ya?
Istri : Iya. Makanya hati-hati kalau ngomong. Ntar kejadi